Petral, kependekan dari Pertamina Energy Trading Limited, memang lagi jadi tema. Anak perusahaan Pertamina di Singapura itu, sejak pekan lalu, ramai diberitakan media massa karena kebobolan duit US$ 8,25 juta.
Kasus ini menambah panjang daftar penjarahan terhadap BUMN perminyakan beraset lebih dari Rp 100 trilyun itu. Banyak tangan kotor yang ditengarai ikut mengeruk duit Pertamina. Caranya macam-macam. Yang paling sering adalah menggembungkan nilai proyek, seperti kasus Kilang Balongan, yang hingga kini perkaranya masih berkubang di Gedung Kejaksaan.
Pembobolan Petral mencuat ke permukaan, setelah Ariffi Nawawi membeberkan pekara itu dalam rapat kerja dengan Komisi VIII DPR, Rabu pekan lalu. Raibnya fulus Petral, menurut Ariffi, berawal dari adanya transaksi derivatif, berupa jual-beli minyak mentah dengan perusahaan di Singapura. Jangka waktunya enam bulan. Petral menjaminkan US$ 9 juta di sebuah bank di Singapura. Selama transaksi, kurs rupiah menguat terhadap dolar.
Selisih duit yang seharusnya disetor ke kocek Petral justru diberikan ke perusahaan di Singapura tadi. Hingga kini, kata Ariffi, Pertamina tak mengetahui ke mana duit itu mengalir. “Ada oknum yang memalsukan tanda tangan direksi sehingga dana bisa cair,” ujar Ariffi. Perkaranya, katanya, sudah dilaporkan ke polisi Singapura.
Namun, penelusuran GATRA menemukan versi lain pembobolan Petral. Laporan Audit Internal Pertamina bertanggal 23 Oktober 2003 memaparkan kronologi dan kesimpulan kasus Petral. Dokumen yang dibuat pada masa Pertamina dipimpin Baihaqi Hakim ini juga dilengkapi hasil pemeriksaan terhadap petinggi perusahaan yang dianggap tahu perkara tersebut.
Tercatat empat eksekutif Petral diperiksa Tim Pemeriksa Pertamina. Mereka adalah Soekono Wahjoe (Direktur Utama Petral hingga September 2003), Zainul Ariefin (Direktur Keuangan Petral hingga September 2003), Muchsin Bahar (Komisaris Utama Petral), dan Burhanuddin Hasan (Komisaris Petral). Beberapa pegawai Petral, dari manajer hingga sekretaris, juga diperiksa. Tim audit itu beranggotakan lima orang, diketuai Hari Subagya dengan pengawas Sumi Harjono.
Pencurian deposito Petral sebenarnya sudah terendus pada akhir Juni 2002. “Waktu itu, saya minta dilakukan investigasi,” kata Ainun Naim, mantan Direktur Keuangan Pertamina, kepada GATRA. Doktor ekonomi lulusan Temple University, Amerika Serikat, ini curiga, karena perintah pemindahan US$ 9 juta duit Petral dari Credit Suisse Singapore Branch ke rekening Pertamina di BNI Gambir, Jakarta, ditolak bank.
Ainun minta duit itu ditransfer karena sudah ngendon di Credit Suisse selama lima bulan. Sedangkan fasilitas kredit yang dijanjikan tak kunjung cair. Demikian juga ketika perintah yang sama diulang pada Agustus 2002. Hasilnya tetap nihil. Kemudian investigasi dilanjutkan secara resmi dengan membentukan Tim Pemeriksa Petral, berdasar surat keputusan Direktur Utama Pertamina Baihaqi Hakim pada Juli 2003.
Deposito Petral sebesar US$ 9 juta di Credit Suisse itu awalnya disetor pada 15 Februari 2002, sebagai jaminan pemberian fasilitas kredit dari bank. Perusahaan minyak ini juga mendepositokan uangnya, antara lain, di Sumitomo Bank, BNP Paribas Hong Kong, dan Bank Mandiri, dengan tujuan sama. Dari bank-bank lain, pendanaan mengalir lancar. Tapi, tak sepeser pun dana mengucur dari Credit Suisse.
Perkongsian Petral dengan Credit Suisse bermula dari perkenalan Zainul Ariefin, Direktur Keuangan Petral ketika itu, dengan Lim Chee Chien, Asisten Direktur Kredit Credit Suisse yang kini tak lagi menjabat. Keduanya dipertemukan Dedy H. Garna, pemilik Aceasia Commercial Enterprises Ltd –perusahaan yang terdaftar di British Virgin Islands pada 18 Juni 2001.
Zainul bahkan pernah bertandang ke rumah Dedy di Bandung, ketika pengusaha “kota kembang” itu menikahkan anaknya pada 2002. Zainul juga mengenalkan Dedy pada Soekono Wahjoe, ketika itu Direktur Utama Petral.
Dalam dokumen pemeriksaan Tim Audit Internal Pertamina disebutkan, Soekono menyatakan pernah mengunjungi rumah Dedy. Ia menyebut nama Boediono, yang menemaninya selama di Bandung. Boediono adalah pengusaha yang dikenal punya hubungan akrab dengan sejumlah direksi Pertamina. Tapi, ketika dihubungi GATRA, Boediono mengaku tak tahu-menahu soal pertemuan Dedy dengan Soekono itu. “Nggak, nggak ada itu,” katanya, singkat.
Aceasia sempat menawarkan dana US$ 40 juta untuk Petral. Namun, Soekono Wahjoe tak berminat. Kemudian Dedy menggandeng Lim Chee Chien menawarkan dana dari Credit Suisse, dengan syarat ada jaminan US$ 9 juta tadi. Petral kepincut. Menurut penelusuran auditor, Aceasia sangat berperan dalam perkongsian antara Petral dan Credit Suisse.
Zainul lalu mentransfer US$ 9 juta dari rekening Petral di BNP Paribas Hong Kong ke Credit Suisse Singapore. Tiga hari kemudian, perjanjian pemberian fasilitas kredit untuk Petral diteken. Petral diwakili Soekono Wahjoe dan Zainul Ariefin. Credit Suisse diwakili Phillipe Mettraux dan Joseph Sim.
Pada kesempatan itu, ikut ditandatangani pula dokumen board of resolution, yang memperluas kerja sama kredit hingga mencakup pertukaran devisa dan penarikan tunai. Bila penarikan duit dilakukan, Petral akan berutang sejumlah duit yang ditarik, sementara duit jaminan masih sebagai deposito. Sesuai dengan perjanjian itu, baik Zainul maupun Soekono berwenang melakukan transaksi tanpa persetujuan dewan komisaris.
Inilah yang jadi pangkal persoalan. Menurut Muchsin Bahar, sebagaimana tertuang dari pemeriksaan terhadapnya, board of resolution yang menyetujui perluasan kerja sama kredit di luar bisnis inti Petral itu harusnya ditandatangani lebih dulu oleh dewan komisaris. Karena belum ada, seharusnya direksi Petral menarik board of resolution itu. Tapi tak dilakukan.
Burhanuddin Hasan, komisaris sewaktu kasus itu terjadi, mengaku hanya tahu sedikit ihwal kasus Petral ini. Tapi, ia tak mau bicara kepada GATRA. Di manajemen Petral yang baru, Burhanuddin masih menjadi komisaris.
Dedy dan Lim Chee Chien yang paham dengan kebijakan pencairan dana itu kemudian memanfaatkan situasi. Mereka, berdasar versi audit, memalsu tanda tangan komisaris Petral pada dokumen board of resolution. Perintah pencairan duit US$ 8 juta dari rekening Petral untuk dipindahkan ke Aceasia di Credit Suisse, dengan memalsu tanda tangan Zainul, lalu dibuat. Perintah itu tak menggunakan kop surat resmi.
Selanjutnya, laporan rekening bulanan Petral di Credit Suisse yang seharusnya dikirim ke kantor dilayangkan ke rumah Zainul Ariefin di Peck Hay Road, Singapura. Zainul mempertanyakan hal itu kepada Dedy H. Garna. Pengusaha ini memberi alasan Petral akan pindah kantor, sehingga korespondensi dialamatkan ke rumah Zainul. Direktur Keuangan Petral itu tak keberatan.
Karena duit sudah dipindah ke Aceasia, posisi keuangan Petral berubah. Petral kini punya deposito US$ 9 juta, sekaligus utang ke Credit Suisse US$ 8 juta. “Pada laporan bulan Maret, utang itu muncul,” kata Zainul, sebagaimana disebut dalam dokumen audit Pertamina. Sebenarnya kondisi itu terjadi sejak Februari.
Kepada tim audit, Zainul menyatakan tak tahu alasan munculnya utang di laporan rekening Petral dari bank. Sehingga ia tak melaporkan posisi utang itu dalam laporan bulanan. Zainul mengaku pernah menanyakan hal itu kepada Credit Suisse. Dijawab Lim Chee Chien, bank tak bisa mengungkapkan soal itu.
Dalam laporan kas bulanan pada Juni 2002, posisi utang itu juga tak dicantumkan. Untuk menunjukkan seolah-olah ada transfer –setelah ada perintah dari Ainun– dalam laporan posisi kas Petral 24-28 Juni 2002, ditulis uang di Credit Suisse sudah dipindahkan ke BNI Gambir. Jumlahnya US$ 8,9 juta. Sehingga saldo Petral di BNI menjadi US$ 19,7 juta. Padahal, rekening korannya di BNI Gambir hanya US$ 10,86 juta ketika itu. Artinya, pemindahan dana itu fiktif belaka.
Zainul Ariefin mengaku menerima pesan “khusus” dari Pertamina Jakarta. Isinya, kalau ada kontrak kerja sama dengan Aceasia, duit Petral boleh dipertahankan di Singapura. Jika tak ada kontrak, rekening di Credit Suisse harus ditutup. Tapi, Zainul tak ingat nama sang pemberi pesan.
Berbekal “masukan” tadi, Zainul mengontak Dedy dan mendesaknya agar membuat kontrak kerja sama. “Kami ingin uang tetap di Singapura,” katanya. Sebab, menurut dia, menggunakan fulus di Singapura untuk bisnis Petral lebih mudah dibandingkan dengan memakai dana dari Jakarta.
Kontrak kerja sama pengelolaan duit Petral oleh Aceasia kemudian diteken Zainul dan Dedy Garna pada 12 Agustus 2002. Surat berlaku surut sejak 27 Februari 2002 atau sehari setelah pemindahan rekening Petral ke Aceasia. Pemberlakukan perjanjian secara surut ini, menurut Zainul, untuk memberikan keuntungan kepada Petral, karena deposito sudah ada sejak Februari.
Penandatanganan perjanjian tersebut, masih kata Zainul, tak diberitahukan kepada Soekono Wahjoe. “Kata dia, tanda tangan saya sudah cukup karena nanti juga bisa diubah,” katanya. Dalam kontrak itu disebutkan, Aceasia menjadi pengelola US$ 8 juta duit Petral di Credit Suisse. Sebagai imbalannya, Petral mendapat bunga investasi US$ 900.000 sampai saat jatuh tempo.
Pada perjanjian itu juga disebutkan, jatuh tempo pembayaran pokok investasi dan bunga kepada Petral pada 14 Maret 2003. Aceasia ternyata wanprestasi. Tim audit berkesimpulan, tindakan Zainul telah melampaui wewenang jabatannya. Ia meneken kontrak perjanjian dengan pihak di luar Petral, tanpa persetujuan tertulis Direktur Utama Petral. Belakangan, Zainul memang memberitahu Soekono, tapi sudah terlambat.
Petral juga menghadapi masalah lain, yakni membayar utang US$ 8 juta yang tercatat di buku Credit Suisse yang jatuh tempo pada 10 April 2003. Sehari sebelumnya, manajemen Petral berunding di kantor Petral untuk menyelesaikan kasus ini. Masukannya ada dua. Pertama, menutup rekening Petral di Credit Suisse. Kedua, utang ditutup dengan deposito Petral yang ada di bank tersebut.
Mereka memilih opsi kedua. Pilihan inilah yang menyebabkan Petral menanggung rugi US$ 8 juta, ditambah bunga investasi yang seharusnya diterima Petral sebesar US$ 250.000. Langkah ini dinilai tim audit bisa melemahkan posisi Petral. Sebab, dengan cara itu, berarti Petral mengakui utang.
Zainul lalu menghubungi Joseph Sim dari Credit Suisse. Ia ingin tahu penyebab munculnya utang US$ 8 juta. Ia juga menanyakan adakah duit yang ditransfer dari rekening Petral. Joseph mengiyakan. Ia menyebutkan, transfer terjadi pada 26 Februari 2002. “Saya shock dan tak percaya ada yang berbuat aniaya seperti itu,” kata Zainul kepada tim audit. Joseph juga memberitahu, perintah transfer itu atas nama Zainul.
Direktur Keuangan Petral itu lantas minta Joseph mengirimkan dokumen perintah transfer tersebut. Meski tanda tangan di dokumen mirip dengan tekenannya, ia merasa tak pernah menorehkannya. Akhirnya, pada 17 April 2003, Zainul melaporkan kasus ini ke polisi.
Dokumen transfer yang berisi tanda tangan Zainul diserahkan ke Health Security Authority Singapura untuk diteliti keasliannya. Hasilnya dinyatakan palsu. Karena “bodong”, Petral beranggapan pemindahan duit ke rekening Aceasia tak sah. Namun, bank hingga kini belum mau mengembalikan duit Petral itu.
Dedy Garna, yang diduga punya andil penting dalam pembobolan duit Petral, belum jelas keberadaannya. Penelusuran GATRA untuk mencarinya belum membuahkan hasil. Walau begitu, Zainul, seperti dinyatakan kepada tim audit, optimistis Petral bakal bisa menarik duitnya. Begitu juga Soekono Wahjoe. “Kami hanya minta tanggung jawab bank yang telah mengeluarkan uang dengan tak hati-hati,” katanya.
Ia menyerahkan penyelesaian perkara dengan pihak Aceasia kepada kepolisian Singapura. Pada 16 Desember 2003, Petral menuntut Credit Suisse ke pengadilan Singapura. Harapannya, duit segera kembali ke kocek Petral. Sehingga wajah Petral yang kini murung segera berubah sumringah, seperti pejabat Pertamina ketika mendengarkan suara Krisdayanti.
Irwan Andri Atmanto, Astari Yanuarti, dan Rachmat Hidayat
[Laporan Utama, GATRA, Edisi 7 Beredar Jumat 27 Desember 2003]
Isu korupsi seputar penjualan Minyak anak
usaha PT Pertamina, Pertamina Energy Trading Ltd ( PT Petral )kembali
menjadi bola panas. Isu ini memang sudah lama digemboskan ke publik,
tetapi tak jelas eksekusinya. Desakan pengusutan korupsi Petral ini
pertama kali keluar dari mulut Ketua DPR RI Marzuki Alie tanggal
22/2/2012 lalu. Marzuki meminta pemerintah mengevaluasi PT Petral yang
diduga melakukan penyelewengan tender minyak. PT Petral diduga telah
merugikan negara dengan membeli minyak tanpa tender dari Pertamina
sebanyak 800 ribu perbarel setiap hari. Diduga total minyak yang dibeli
Petral mencapai USD 18 miliar per tahun.
Menurut Marzuki, praktik-praktik yang
dilakukan oleh PT Petral terkait ekspor-impor minyak mentah atas
kerjasama dengan PT Pertamina itu melanggar ketentuan hukum soal
pengadaan tender proyeknya. Marzuki meminta agar Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) membongkar kasus ini. Pasalnya, berdasarkan keterangan
yang dia peroleh, ada indikasi dugaan korupsi yang didasarkan pada
tindakan pratik yang dianggap mencurigakan serta soal laporan
transparansi transaksi keuangan dari PT Pertamina terkait yang dilakukan
oleh PT Petral. Pernyataan Marzuki itu seolah ingin membuka kota
pandora dari Petral.
Betapa tidak, pada hari yang sama
(22/2/2012; Baca, Vivanews) Menteri BUMN, Dahlan Iskan, selaku pemegang
saham Pertamina langsung mengeluarkan pernyataan. Dahlan memandang
Petral mengganggu citra dan kinerja PT Pertamina. Dahlan mengusulakan
agar membubarkan Petral.
Dahlan menjelaskan, citra Pertamina
sering terganggu oleh isu mengenai Petral sebagai tempat korupsi. Petral
yang berkantor di Singapura dituduh orang-orang sulit mengontrol dan
direksi Pertamina mendapatkan komisi dari transaksi Petral.Untuk itu, Dahlan telah berbicara dengan
Direktur Utama Pertamina, Karen
Agustiawan, beberapa waktu lalu untuk membubarkan Petral, dan ternyata
dirut Pertamina pun menyetujui usulannya. Dengan pembubaran Petral, maka
citra Pertamina yang saat ini sedang membangun GCG tidak akan
terganggu. Dirut Pertamina sendiri mempunyai opsi lain, yaitu
memindahkan Petral ke Indonesia dan tidak lagi menjadi anak perusahaan
Pertamina.
Pernyataan Dahlan inipun ditanggapi
positif oleh Rhanald Kasali (Guru besar Manajemen UI, Bubarkan Petral?
Baca; Kompas, 1/3/2012). Menurut Kasali gagasan membubarkan Petral yang
diajukan Dahlan adalah sebuah gagasan tulus agar Pertamina bersih dari
urusan politik. Tetapi ini harus dijawab apakah benar Petral dibubarkan?
Apakah benar jika ditaruh di Jakarta terjamin bersih? Kasali
mengatakan, Petral harus dijauhkan dari politisi.
Apalagi Kasali mengaku pernah melakukan
riset soal Petral sampai ke Singapura seputar perusahaan dagang termasuk
Petral. Setelah proses transformasi tahun 1999, Petral sudah menjadi
milik Pertamina dan berevolusi dari broker menjadi anak usaha yang fokus
pada trading. Kasali mengatakan perdagangan minyak di Singapura
berlomba-lomba mempengaruhi harga dan tendernya diselenggarakan oleh
Platts (Mid Oil of Plats).
Pertannyannya yang perlu diajukan adalah mengapa Petral harus dijauhkan dari Politisi? Bukankah Marzuki adalah politisi?
Dinamika politik kita terlihat bahwa
sesama politisi saling membuka kotak hitam sesama lawan politiknya.
Lebih khusus ketika Parpol yang dikendarainya sedang oleng. Marzuki
adalah politisi Partai Demokrat (PD ) yang sedang ini dalam sakratul
maut akibat kasus suap yang menyeret mantan Bendahara Partainya, M.
Nazarudin. Lantas apakah pernyataan Marzuki perlu ditelusuri lebih
lanjut?
KPK seharusnya menangkap peluang dari
konspirasi jahat para politisi ini, karena dalam keadaan gawat darurat,
mereka saling membongkar aib para lawan politiknya. Apalagi Marzuki
sendiri memiliki banyak bisnis di dunia Migas dan sekarang sedang gencar
membangun smelter di Papua. Politisi yang sudah malang-melintang di
bisnis pertambangan dan migas tentu mengenal kawan-lawannya.
Politisi Partai Demokrat kelahiran
Palembang, 6 November 1955 ini, kini menjabat sebagai Ketua DPR dan
salah satu figur penting di Partai Demokrat karena ia menjabat sebagai
wakil ketua dewan pertimbangan partai.
Marzuki tercatat sebagai Presiden
Komisaris PT GLOBAL PERKASA INVESTINDO sejak 2006. Perusahaan ini
berencana membangun copper smelter di Timika, Papua dengan estimasi
produksi 400,000 tons copper cathode per tahun. Itu berarti lebih besar
dari PT Smelting Co (270,000 tons per tahun) di Gresik, Jawa Timur,
dimana PT Freeport Indonesia memiliki 25% sahamnya.Salah satu sumber informasi menjelaskan bahwa PT Global Perkasa Investindo is an exclusive Natural Resources company.
Sumber informasi lainnya: http://www.sisminbakum.go.id, menyatakan bahwa perusahaan ini adalah perusahaan global yang bergerak dalam bidang besi baja.
Sumber informasi lainnya: http://www.bumn.go.id/pln/galeri/foto/plta-terbesar-di-papua-direktur-utama-p-2542/,
mengungkapkan bahwa PT Global Perkasa Investindo pada 11 Juni 2011
lalu, di Jakarta, telah menandatangani MoU dengan PT PLN dan China
Huadian Engineering Co. Ltd Internasional Company untuk melaksanakan
studi pengembangan potensi tenaga air sungai Yawei di Papua yang
nantinya akan menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) terbesar di
provinsi tersebut. Sungai Yawei ini terletak lebih kurang 70 km sebelah
barat Timika, ibu kota kabupaten Mimika, propinsi Papua.
Wajar jika Dahlan mengusulkan tugas yang
selama ini diemban Petral untuk jual-beli minyak mentah dan BBM akan
ditangani oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia. “Karena ini kan
masalah trading, tapi ini baru gagasan,” katanya.
Dahlan melanjutkan, tugas-tugas Petral
membeli minyak mentah dan dikelola di kilang minyak Pertamina jangan
ditangani oleh dua direktur Pertamina seperti dahulu.
Namun, beberapa pihak menolak Petral
dibubarkan. Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) menilai anak usaha PT
Pertamina (Persero), Pertamina Trading Energy Ltd (Petral) tidak perlu
untuk dibubarkan.
Ketua Puskepi Sofyan Zakaria menuturkan
yang perlu dilakukan yaitu lebih meningkatkan sistem dan pengawasannya
guna meminimalisir penjualan minyak ilegal. Menurutnya, jika Petral
dibubarkan dan dibuat lagi Petral lain sepanjang masih ada orang-orang
kuat tersebut tetap saja perusahaan dan orang-orangnya itu tidak akan
berani menentang dan melawan perintah orang-orang kuat tersebut apalagi
jika dalam permainan itu juga memberi keuntungan pribadi buat mereka.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero)
Karen Agustiawan menegaskan, Petral secara normal sebagai sole trading
arm melaksanakan kegiatan trading Pertamina. Pertamina sebagai induk
perusahaan memberikan
dukungan penuh terhadap operasional Petral.Petral tetap menjalankan fungsinya dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk kebutuhan dalam negeri. “Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal
seperti biasa dan Petral yang 100% sahamnya dikuasai oleh Pertamina mendapatkan dukungan penuh dari Perseroan dalam menjalankan bisnis tersebut,” tutur Karen Agustiawan.
dukungan penuh terhadap operasional Petral.Petral tetap menjalankan fungsinya dalam pengadaan minyak mentah maupun produk BBM untuk kebutuhan dalam negeri. “Semua transaksi bisnis tetap berjalan normal
seperti biasa dan Petral yang 100% sahamnya dikuasai oleh Pertamina mendapatkan dukungan penuh dari Perseroan dalam menjalankan bisnis tersebut,” tutur Karen Agustiawan.
Keberadaan Petral sebagai sole trading
arm yang sekaligus menjalankan fungsi market intelligent bagi Pertamina,
merupakan best practices dalam bisnis trading minyak mentah dan produk
BBM yang terjadi di pasar global. Bahkan, dengan dukungan kompetensi
yang dimiliki Petral, Pertamina berhasil melakukan efisiensi pengadaan
minyak mentah dan produk BBM senilai US$283 juta selama 2011 lalu.
Petral saat ini tercatat sebagai
perusahaan peringkat 8 besar dari 1.000 perusahaan terbesar yang
menjalankan bisnisnya di Singapura, di atas GS Caltex Singapore Pte Ltd
(ke-9), Sinochem International Oil (Singapore) Pte Ltd (ke-12),
Petrobras Singapore Private Limited (ke-16), Shell Eastern Petroleum
(Pte) Ltd (ke-17), CNOOC Trading (Singapore) Pte Ltd (ke-25),
ConocoPhillips International Trading Pte Ltd (ke-37), dan Singapore
Petroleum Company Limited (ke-42) berdasarkan 25th Annual Ranking
Edition yang dikeluarkan oleh Singapore 1000 & SME 1000 tahun 2012.
Petral juga merupakan salah satu dari sedikit perusahaan yang
mendapatkan corporate tax incentive
dengan tarif 5% dari besaran normal 17,5%.
dengan tarif 5% dari besaran normal 17,5%.
Saat ini Petral juga telah mengembangkan
bisnis, di samping sebagai pemasok utama bagi Pertamina untuk mendukung
ketahanan energi nasional, yang diharapkan akan menjadi salah satu
pemain utama bisnis trading minyak mentah dan BBM di pasar regional.
Untuk mendukung pengembangan bisnis tersebut, Petral bersama Pertamina
telah memulai pengembangan Hyperterminal BBM Pulau Sambu berkapasitas 3
juta barel dan Terminal BBM Tanjung Uban 2,5 juta barel yang akan
mendukung bisnis Petral dan ketahanan energi dalam negeri.
Vice President Corporate Communication
Pertamina Mochamad Harun menambahkan kepercayaan pasar dan mitra
merupakan modal kunci dalam bisnis trading minyak mentah dan BBM di
pasar global. Petral telah
memperoleh kepercayaan dan dukungan finansial dari bank-bank internasional dengan mendapatkan credit facility sebesar US$3,5 miliar.Ketidakpastian informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini telah mengganggu kepercayaan pasar kepada Petral yang pada akhirnya bisa berpengaruh terhadap pasokan energi nasional.
memperoleh kepercayaan dan dukungan finansial dari bank-bank internasional dengan mendapatkan credit facility sebesar US$3,5 miliar.Ketidakpastian informasi tentang Petral di dalam negeri akhir-akhir ini telah mengganggu kepercayaan pasar kepada Petral yang pada akhirnya bisa berpengaruh terhadap pasokan energi nasional.
Sementara itu, Presiden Direktur PT
Pertamina Energy Trading Ltd Nawazir mengatakan pada prinsipnya
pengadaan minyak mentah dan produk BBM telah dilakukan dengan cara
tender terbuka yang diikuti oleh 55 perusahaan terdaftar.
Perusahaan-perusahaan yang mengikuti tender merupakan perusahaan yang
telah memenuhi kriteria sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT)
Petral untuk mendapatkan rekanan yang eliable untuk mencegah terjadinya
gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
Untuk mengikuti tender, Petral membuka
kesempatan sebesar-besarnya untuk setiap perusahaan yang berminat,
asalkan dapat memenuhi persyaratan minimal yang ditetapkan. Persyaratan
ini diperlukan untuk mencegah pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab
sehingga tidak terjadi gagal suplai yang menyebabkan krisis BBM di
Indonesia.
Tunjuk Langsung
Pengadaan beberapa minyak mentah yang
tidak dijual bebas atau terbatas, yang dilakukan secara langsung kepada
perusahaan nasional produsen maupun pihak yang ditunjuk oleh produsen
untuk memasarkan minyak mentah tersebut. Contoh penunjukan langsung
adalah pengadaan Arab Light dari Aramco yang tidak diperjualbelikan
secara bebas, dan Azeri dari PTT Thailand, yang mempunyai penyimpanan
minyak mentah Azeri yang terbesar di luar Azerbaijan.
Selain dengan dua perusahaan itu,
pengadaan langsung juga dilakukan dengan Kuwait Petroleum Company dan
Petronas (Malaysia). Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas Malaysia,
Pertamina bekerja sama dengan kedua perusahaan minyak nasional tersebut
dalam kerangka kerjasama ASCOPE (ASEAN Council on Petroleum), yaitu
wadah kerja sama antar perusahaan minyak nasional di ASEAN.
Dalam pengadaan minyak mentah dan BBM,
diperlukan pengetahuan pasar dan keahlian trading yang tinggi. Strategi
untuk pembelian harus ditentukan untuk mencegah harga melambung tinggi
dan menghindari mark-up. Untuk penunjukan langsung harus dilakukan
kepada Perusahaan Minyak Nasional (National Oil Company seperti Aramco,
KPC, Petronas dan PTT). Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk
menghindari praktek broker dan mark-up harga. Perusahaan Minyak
Nasional dikenal melarang praktek broker dan uang komisi dan selalu
mempunyai pengawas internal dalam mencegah praktek korupsi.
Adapun, pembelian bensin Premium selalu
diadakan melalui tender tender terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan
trader maupun Major Oil Company (MOC). Petral membeli bensin Premium
setiap bulan lebih dari 8 juta barrel. Supplier yang sering memenangkan
tender bensin Premium adalah Arcadia, Total, Glencore, Vitol, Concord,
Verita, Gunvor, PPT, Kernel, Bp, Unipec, Petrocina, Petronas, Shell,
Trafigura, SK, Conoco. Pembelian bensin Premium dilakukan secara tender
karena produsennya kebanyakan adalah para Trader di Singapura yang
melakukan proses blending di Singapura.
Untuk pengadaan Solar secara spot
dilakukan tender terbuka yang diikuti oleh 30 perusahaan yang terdaftar.
Sedangkan pengadaan jangka panjang, ditunjuk empat Perusahaan Minyak
Nasional yaitu Kuwait Petroleum Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand
dan S-Oil yang dimiliki oleh Saudi Aramco.
Keempat perusahaan minyak tersebut
mempunyai kilang minyak yang memproduksi Solar. Penunjukan keempat
Perusahaan Nasional tersebut untuk mencegah para trader Singapura
melakukan penimbunan dan spekulasi harga yang merugikan Pertamina serta
praktik penyelundupan solar bersubsidi ke Singapura.
Pemegang Saham Petral dan Kinerja Petral
merupakan perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan Companies
Ordinance Hong Kong, berkedudukan di Hong Kong. Saat ini, sebanyak
99,83% saham Petral dikuasai oleh PT Pertamina (Persero) dan sisanya
dimiliki oleh Presiden Direktur Petral sebagaimana diatur dalam
Companies Ordinance Hong Kong.
Petral membukukan trading 2011 sebanyak
266,42 juta barel yang terdiri dari 65,74 juta barel minyak mentah dan
200,68 juta barel berupa produk. Dari aktivitas perdagangannya, Petral
membukukan pendapatan sebesar US$31,4 miliar dengan profit margin
sebesar US$47,5 juta. Petral berhasil membukukan efisiensi harga yang
didapat terhadap market price pada tahun 2011 adalah Rp2,6 T untuk
pengadaan Produk BBM (Mogas 88 RON & HSD 0.35% S) serta Rp0,4 T
untuk pengadaan Crude impor.
Petral diperlukan berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh konsultan McKinsey dengan pertimbangan:
• Penunjukkan kepada Petral dilakukan
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran harga pasar yang sebenarnya,
dikarenakan Anak Perusahaan bertindak sebagai Trading Arm yang
menjalankan fungsi Market
Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore.
Inteligence Pertamina di tengah-tengah pasar regional Singapore.
• Berada di tengah pusat financial dan institusi Keuangan yang diperlukan dalam pendanaan pengadaan.
• Untuk mendapatkan fleksibilitas operasional yang lebih cepat dibandingkan Pertamina secara korporasi.
Persyaratan Menjadi Rekanan Petral
Saat ini sesuai dengan Surat Komisaris No. 072/K/DK/2009 tanggal 26 Februari 2009, dan RRD No. RRD-42/C00000/2009/S0 tanggal 22 April 2009, Petral ditunjuk sebagai single trading arm untuk kegiatan impor yang berkedudukan di Singapura. Yang bisa menjadi pemasok MM dan BBM untuk Pertamina adalah badan usaha yang telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkan rekanan yang reliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
Saat ini sesuai dengan Surat Komisaris No. 072/K/DK/2009 tanggal 26 Februari 2009, dan RRD No. RRD-42/C00000/2009/S0 tanggal 22 April 2009, Petral ditunjuk sebagai single trading arm untuk kegiatan impor yang berkedudukan di Singapura. Yang bisa menjadi pemasok MM dan BBM untuk Pertamina adalah badan usaha yang telah memenuhi persyaratan sebagai Daftar Mitra Usaha Terseleksi (DMUT) Petral. Kriteria ini diperlukan untuk mendapatkan rekanan yang reliable untuk mencegah terjadinya gagal suplai yang akan menyebabkan krisis BBM di Indonesia.
Kriteria peserta tender :
1. Listed company pada major global stock exchange dan atau perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh negara (state owned company) yang bergerak di bidang produksi, pengolahan, atau trading crude oil, refined produk, LNG, atau petrochemical.
2. Perusahaan yang memiliki total equity minimum US$50 juta yang terlihat dari Laporan Keuangan audited terakhir yang diaudit oleh salah satu 4 besar kantor audit (EY, KPMG, PWC, dan Deloitte)
3. Perusahaan yang memiliki asset yang mendukung pola usaha, misalnya kilang, fasilitas storage, fasilitas blending, shipping facilities atau mitra potensial tersebut mempunyai minimum 1 tahun long term contract fasilitas. Besar fasilitas ini minimal sama dengan besar fasilitas trading yang ada.
1. Listed company pada major global stock exchange dan atau perusahaan yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh negara (state owned company) yang bergerak di bidang produksi, pengolahan, atau trading crude oil, refined produk, LNG, atau petrochemical.
2. Perusahaan yang memiliki total equity minimum US$50 juta yang terlihat dari Laporan Keuangan audited terakhir yang diaudit oleh salah satu 4 besar kantor audit (EY, KPMG, PWC, dan Deloitte)
3. Perusahaan yang memiliki asset yang mendukung pola usaha, misalnya kilang, fasilitas storage, fasilitas blending, shipping facilities atau mitra potensial tersebut mempunyai minimum 1 tahun long term contract fasilitas. Besar fasilitas ini minimal sama dengan besar fasilitas trading yang ada.
Best Practices kegiatan trading MM/BBM di
global market yang dilakukan oleh perusahaan minyak lain, juga
menggunakan Trading Arm (sebagian besar di Singapore) seperti halnya
Pertamina. Sebagai contoh:
• Relliance – Relliance Global Energy Services pte Ltd. (Singapore)
• PTT – PTT Trading di Singapore
• SK – SK Energy International (Singapore)• PetroChina – PetroChina International (Singapore) Pte. Ltd.
• Total – Total Oil Trading SA (TOTSA) di Singapore
• Shell – Shell International Eastern Trading Co (SIETCO) di Singapore
• BP – BP Singapore Pte. Limited• Petronas – Petronas Trading Corporation (PETCO) di Kuala Lumpur
• CNOOC – China Offshore Oil (Singapore) International Pte. Ltd
• S-Oil – S-Oil Corporation Singapore Branch
• Relliance – Relliance Global Energy Services pte Ltd. (Singapore)
• PTT – PTT Trading di Singapore
• SK – SK Energy International (Singapore)• PetroChina – PetroChina International (Singapore) Pte. Ltd.
• Total – Total Oil Trading SA (TOTSA) di Singapore
• Shell – Shell International Eastern Trading Co (SIETCO) di Singapore
• BP – BP Singapore Pte. Limited• Petronas – Petronas Trading Corporation (PETCO) di Kuala Lumpur
• CNOOC – China Offshore Oil (Singapore) International Pte. Ltd
• S-Oil – S-Oil Corporation Singapore Branch
Prosedur Tender Minyak Mentah di Petral Singapore
1. Petral secara resmi menerima permintaan kebutuhan minyak mentah dari Pertamina.
2. Berdasarkan permintaan resmi Pertamina, Petral mengirim undangan tender ke para supplier yang telah terregister sesuai dalam daftar DMUT (daftar mitra usaha terseleksi) yang telah disahkan oleh risk management department Petral
3. Undangan yang didalamnya memuat nama-nama minyak mentah yang akan dibeli, kuantitas, tanggal kedatangan di kilang Pertamina dan tujuan kilang Pertamina, serta persyaratan lainnya, dikirim lewat email ke masing masing Perusahaan dalam DMUT.
4. Para supplier kemudian mengirim penawarannya sebelum tanggal penutupan tender melalui surat eletronik ke alamat khusus yang sudah ditentukan oleh management Petral.
5. Kemudian dilakukan pembukaan penawaran disaksikan oleh tim tender. Anggota tim tender diketuai oleh Head of Trading Petral dengan anggota dari fungsi trader, keuangan dan risk management.
6. Harga terbaik kemudian disampaikan ke Pertamina tanpa menyertakan nama perusahaan yang menawarkan minyak mentah tersebut. Kemudian Pertamina dengan menggunakan software Linear Programming GRTMPTS menghitung minyak mentah yang paling menguntungkan untuk dibeli, tanpa mengetahui siapa penjual minyak mentah tersebut.
7. Pertamina kemudian memberitahu Petral secara resmi, minyak mentah mana saja yang dibeli oleh Pertamina.
8. Petral kemudian menegosiasikan sekali lagi untuk mendapatkan harga yang lebih baik dan kemudian secara final membeli minyak mentah yang ditentukan tersebut.
2. Berdasarkan permintaan resmi Pertamina, Petral mengirim undangan tender ke para supplier yang telah terregister sesuai dalam daftar DMUT (daftar mitra usaha terseleksi) yang telah disahkan oleh risk management department Petral
3. Undangan yang didalamnya memuat nama-nama minyak mentah yang akan dibeli, kuantitas, tanggal kedatangan di kilang Pertamina dan tujuan kilang Pertamina, serta persyaratan lainnya, dikirim lewat email ke masing masing Perusahaan dalam DMUT.
4. Para supplier kemudian mengirim penawarannya sebelum tanggal penutupan tender melalui surat eletronik ke alamat khusus yang sudah ditentukan oleh management Petral.
5. Kemudian dilakukan pembukaan penawaran disaksikan oleh tim tender. Anggota tim tender diketuai oleh Head of Trading Petral dengan anggota dari fungsi trader, keuangan dan risk management.
6. Harga terbaik kemudian disampaikan ke Pertamina tanpa menyertakan nama perusahaan yang menawarkan minyak mentah tersebut. Kemudian Pertamina dengan menggunakan software Linear Programming GRTMPTS menghitung minyak mentah yang paling menguntungkan untuk dibeli, tanpa mengetahui siapa penjual minyak mentah tersebut.
7. Pertamina kemudian memberitahu Petral secara resmi, minyak mentah mana saja yang dibeli oleh Pertamina.
8. Petral kemudian menegosiasikan sekali lagi untuk mendapatkan harga yang lebih baik dan kemudian secara final membeli minyak mentah yang ditentukan tersebut.
Pemenang Tender 3 Bulan Terakhir
Dalam tender yang dilaksanakan oleh Petral dalam 4 bulan terakhir, telah dibeli minyak mentah oleh Petral sbb. :
Dalam tender yang dilaksanakan oleh Petral dalam 4 bulan terakhir, telah dibeli minyak mentah oleh Petral sbb. :
1. Bulan Januari 2012 : Akpo dibeli dari
Verita Oil, Azeri dibeli dari PTT Thailand, Nemba dibeli dari Verita
Oil, Bonny Light dibeli dari Vitol, Seria dibeli dari Verita Oil dan
Girassol dibeli dari Repsol.
2. Bulan February 2012 : Akpo dibeli dari Eni, Azeri dibeli dari PTT Thailand, Champion dibeli dari Shell Brunei, Espo dibeli dari Vitol, Qua Iboe dibeli dari BP, Vityaz dibeli dari Verita Oil dan Saharan dibeli dari Eni.
3. Bulan Maret 2012 : Tidak ada spot tender karena jumlah stok minyak mentah mencukupi.
4. Bulan April 2012 : Azeri dibeli dari PTT Thailand, Akpo dibeli dari
Total, Sokol dibeli dari BP dan Vityaz dibeli dari Verita Oil. Dari data di atas terlihat jelas bahwa minyak mentah Azeri memang dikuasai oleh PTT Thailand sebagai pihak yang ditunjuk oleh produsen Azeri di Azerbaijan untuk memasarkan Azeri di Asia Pacific. PTT Thailand selalu menawarkan Crude Azeri dengan harga yang paling murah.
2. Bulan February 2012 : Akpo dibeli dari Eni, Azeri dibeli dari PTT Thailand, Champion dibeli dari Shell Brunei, Espo dibeli dari Vitol, Qua Iboe dibeli dari BP, Vityaz dibeli dari Verita Oil dan Saharan dibeli dari Eni.
3. Bulan Maret 2012 : Tidak ada spot tender karena jumlah stok minyak mentah mencukupi.
4. Bulan April 2012 : Azeri dibeli dari PTT Thailand, Akpo dibeli dari
Total, Sokol dibeli dari BP dan Vityaz dibeli dari Verita Oil. Dari data di atas terlihat jelas bahwa minyak mentah Azeri memang dikuasai oleh PTT Thailand sebagai pihak yang ditunjuk oleh produsen Azeri di Azerbaijan untuk memasarkan Azeri di Asia Pacific. PTT Thailand selalu menawarkan Crude Azeri dengan harga yang paling murah.
Setelah tender dilaksanakan di Singapura
oleh Petral, terlihat pergeseran pihak pemenang tender. Kini tender
hanya bisa dimenangkan oleh perusahaan-perusahaan yang memang pemain
minyak yang mempunyai nama besar dan jaringan yang kuat. Tidak ada lagi
perusahaan-perusahaan oportunis yang dapat memenangi tender yang sudah
sangat transparan ini.
Proporsi Pengadaan Minyak Mentah
Berdasarkan data pengadaan minyak mentah (MM) selama tahun 2011, secara garis besar porsi pengadaan MM untuk suplai Kilang Pertamina adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data pengadaan minyak mentah (MM) selama tahun 2011, secara garis besar porsi pengadaan MM untuk suplai Kilang Pertamina adalah sebagai berikut:
MM Domestik : 65 %
Arabian Light Crude : 13 % (term Saudi Aramco)
MM Impor via PES (Petral Energy Services Pte Ltd : 22% (via spot dan term)
Arabian Light Crude : 13 % (term Saudi Aramco)
MM Impor via PES (Petral Energy Services Pte Ltd : 22% (via spot dan term)
Pola pengadaan Minyak Mentah Impor
menggunakan dua Pola, yaitu Spot dan Term, dan biasanya dilakukan
melalui tender oleh PES, kecuali yang tidak diperdagangkan secara umum
atau diperdagangkan secara terbatas seperti ALC dan crude oil lainnya.
Perbandingan antara total Spot Vs Term adalah sekitar 30% Vs 70%.
Efisien Harga Pembelian Minyak Mentah dan Produk BBM
Dari hasil pemilihan strategi pembelian yang tepat, Petral berhasil melakukan penghematan di tahun 2011 sebagai berikut :
1. Harga pembelian minyak mentah Petral rata-rata USD 113.95 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 119.45 per barrel.
2. Harga pembelian Bensin Premium Petral rata-rata USD 118.50 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 123.70 per barrel.
3. Harga pembelian Solar Petral rata-rata USD 126.70 per barrel dibandingkan dengan harga rata-rata pasar USD 132.90 per barrel.
Dari hasil pemilihan strategi pembelian yang tepat, Petral berhasil melakukan penghematan di tahun 2011 sebagai berikut :
1. Harga pembelian minyak mentah Petral rata-rata USD 113.95 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 119.45 per barrel.
2. Harga pembelian Bensin Premium Petral rata-rata USD 118.50 per barrel dibandingkan harga rata-rata pasar USD 123.70 per barrel.
3. Harga pembelian Solar Petral rata-rata USD 126.70 per barrel dibandingkan dengan harga rata-rata pasar USD 132.90 per barrel.
Alasan Memilih Singapura Sebagai Basis
• Singapura merupakan pusat perdagangan
MM dan produk BBM di kawasan Asia dan tempat berkumpulnya trading
arm/supplier MM dan produk BBM
. Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan MM dan BBM dunia, seperti Jenewa, London, Houston, Dubai, dan Singapura sendiri.
• Hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada Pertamina/PES.
• Menghindari/mengurangi tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan MM dan produk BBM.
• Singapura merupakan tempat publikasi yang biasa diacu oleh para pemain di pasar minyak mentah dan produk BBM.
. Singapura merupakan salah satu dari pusat perdagangan MM dan BBM dunia, seperti Jenewa, London, Houston, Dubai, dan Singapura sendiri.
• Hingga saat ini tidak ada satu pun perusahaan yang berbadan hukum Indonesia mampu melakukan penawaran MM dan produk BBM kepada Pertamina/PES.
• Menghindari/mengurangi tekanan politis yang biasa terjadi dalam pengadaan MM dan produk BBM.
• Singapura merupakan tempat publikasi yang biasa diacu oleh para pemain di pasar minyak mentah dan produk BBM.
Beberapa anggota DPR periode 2009 lalu
juga telah mengungkap korupsi dibalik tender Petral ini. Ade Daud dan
mantan anggota DPR Boy Saul, beserta kuasa hukum Johnson Panjaitan
menyambangi kantor Petral. Mereka meminta klarifikasi perihal dugaan
kolusi dalam praktik tender.Selain dengan dua perusahaan itu, pengadaan
langsung juga dilakukan dengan Kuwait Petroleum Company dan Petronas
(Malaysia).
Khusus untuk PTT Thailand dan Petronas
Malaysia, Pertamina bekerja sama dengan kedua perusahaan minyak tersebut
dalam kerangka kerjasama Ascope (Asean Council on Petroleum), yaitu
wadah kerja sama
antaperusahaan minyak nasional di Asean. Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktik percaloan dan mark-up harga.
antaperusahaan minyak nasional di Asean. Hal ini sesuai dengan aturan dan dilakukan untuk menghindari praktik percaloan dan mark-up harga.
Adapun, pembelian bensin premium selalu
diadakan melalui tender terbuka yang diikuti oleh 28 perusahaan trader
maupun Major Oil Company (MOC). Petral membeli bensin premium setiap
bulan lebih dari 8 juta barel.
Untuk pengadaan solar secara spot, Petral
menggelar tender terbuka yang diikuti 30 perusahaan. Sedangkan untuk
pengadaan jangka panjang ditunjuk empat perusahaan minyak yaitu Kuwait
Petroleum Company, Petronas Malaysia, PTT Thailand, dan S-Oil milik
Saudi Aramco.
Penunjukan keempat perusahaan tersebut
bertujuan untuk mencegah trader Singapura menimbun dan spekulasi harga
yang merugikan Pertamina serta praktik penyelundupan solar bersubsidi ke
Singapura.
Sejarah
Petral, yang tadinya bernama Perta Oil, mulai digemukkan. Caranya dengan memberikan kontrak jangka panjang impor minyak Pertamina. Anak perusahaan yang sahamnya pernah dipegang Bob Hasan dan Tommy Soeharto itu juga dilibatkan dalam tender impor minyak. Sejak saat itulah, porsi impor dari tender, yang sebelumnya 80 persen, diturunkan menjadi 20 persen. Sebaliknya, porsi impor dari kontrak dinaikkan dari 20 persen menjadi 80 persen. Hanya dalam waktu tiga tahun, kinerja Petral yang diberi modal awal US$ 30 juta itu semakin mengkilap. Volume perdagangannya naik dari 155 ribu barel per hari pada 2001 menjadi 321 ribu barel per hari pada 2002, dan 365 ribu barel per hari pada 2003. Petral menjadi terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Vittol. (FHM)
Petral, yang tadinya bernama Perta Oil, mulai digemukkan. Caranya dengan memberikan kontrak jangka panjang impor minyak Pertamina. Anak perusahaan yang sahamnya pernah dipegang Bob Hasan dan Tommy Soeharto itu juga dilibatkan dalam tender impor minyak. Sejak saat itulah, porsi impor dari tender, yang sebelumnya 80 persen, diturunkan menjadi 20 persen. Sebaliknya, porsi impor dari kontrak dinaikkan dari 20 persen menjadi 80 persen. Hanya dalam waktu tiga tahun, kinerja Petral yang diberi modal awal US$ 30 juta itu semakin mengkilap. Volume perdagangannya naik dari 155 ribu barel per hari pada 2001 menjadi 321 ribu barel per hari pada 2002, dan 365 ribu barel per hari pada 2003. Petral menjadi terbesar kedua di Asia Tenggara, setelah Vittol. (FHM)
kami ajak teman2 tuips menghitung secara
kasar berapa kerugian negara akibat korupsi Petral/Pertamina/MRC cs.
Data harga rata2 minyak mentah dunia 2011 sesuai dept ESDM AS tahun :
US$ 87.3/ barrel. Kita bulatkan saja jadi US$ 87. Harga rata2 minyak
produk (Gasoline dan Diesel) = US$ 94 dan US$ 102 / barrel. Ini utk
kualitas tinggi. Kalau gasoline = pertamax super.
Tahun 2011 Petral beli minyak produk
Gasoline rata2 US$ 118/ barrel dan Solar/ Diesel US$ 123/ barel. Jumlah
pembelian 200,6 juta/barrel, Artinya selisih harga beli impor Petral US$
20/ barel dari harga rata2 crude, Gasolide dan Diesel/Solar. Berapa
kerugian negara / rakyat?, Kerugian negara/uang rakyat yg dicuri Petral
dan Mafia Minyak Thn 2011 = 200,6 juta barel x US$ 20= US$. 4.012 M atau
Rp. 37 triliun !!.
Informan saya broker minyak Singapore
bilang : “Kalian orang Indonesia BODOH !! ditipu mafia minyak dan Petral
puluhan tahun !!!!”, Dia lanjutkan : harga minyak brent saja paling
tinggi tercatat sepanjang thn 2011 hanya US$ 126. itu pun
sebentar..rata2 dibawah US$ 100, Harga minyak mentah/crude rata2 US$ 87 /
barrel. Petral beli dengan harga rata2 thn 2011 US$ 103 / barel !
Gilaaaaaaaaak !!, petral beli 66 juta barel Crude tahun 2011. Selisih
harga beli minyak impor Crude Petral = US$ 26 / barel x 66 juta = US$
1.716 Milyar !. petral beli 66 juta barel Crude tahun 2011. Selisih
harga beli minyak impor Crude Petral = US$ 26 / barel x 66 juta = US$
1.716 Milyar !
Apakah itungan tersebut abal2? Silahkan
ada google ttg harga rata2 minyak dunia, harga beli petral, volumenya
dan jenis2nya..silahkan !
Lalu anehnya (seperti kebingungan alm.
Wamen ESDM) : RI impor gasoline kualitas tinggi, kok Pertamax volumenya
sedikit yg beredar?, Nah, minyak produk / Gasoline/ Pertamax plus yg
diimpor Petral itu DIOPLOS oleh mafia2 minyak. Dicampur dgn premium
oktan rendah !!. Minyak mentah/Crude kita pun dioplos oleh mafia minyak
dan petral. 1/3 kualitas bagus yg harganya 80-100/barrel dioplos 2/3
minyak jelek.
Kasus minyak mentah oplosan inilah yg
sempat tertangkap dan dikenal dgn kasus kasus ZATAPI. Hanung cs/
pejabat2 Pertamina jd tersangka. kilang minyak RI kapasitasnya terbatas.
Banyak yg rusak tapj sengaja tdk diperbaiki agar impor minyak produk
semakin naik tiap tahun.
Bgmn cara Petral mengakali harga beli
minyak mentah/ produk yg dimark up itu? Caranya : beli minyak mentah RI
dgn harga tinggi juga, Contoh : harga minya mentah dunia US$ 85 /
barrel. Tapi Petral bilang ke Pertamina, dia beli harga minyak RI
seharga US$ 100/barrel. Sehingga jika Petral beli harga minyak mentah
middle east dan africa seharga US$ 103/barrel, seolah2 harga itu sdh
murah. Trus, tidak akan ada timbul pertanyaan ketika Petral beli harga
produk US$ 118 atau US$ 123 / barrel. Pdhl biaya pengolahan hny US$
2,52. Semua pemain minyak dunia tahu persis bhw selisih minyak mentah
dan produk tidak sampai US$ 10/ barrel. Sdh termasuk biaya distribusi.
Silahkan anda teman2 tuips google..berapa
total biaya pengolahan minyak mentah menjadi minyak produk, biaya
distribusi : US$ 5 -9/barel, Kita rakyat Indonesia senasib
sepenanggungan telah ditipu dan dirampok oleh Mafia Minyak, Petral dan
Pertamina dengan beking penguasa. 2 minggu yg lalu Ketua MK Mafhud MD
teriak : PERTAMINA PALING KORUP !! Pertamina gertak mau somasi,
eeh..diam2 datang ke rumah Mahfud. Metro TV kelepasan bicara mafia
minyak di Saresahan Anak Negeri..Pertamina siram uang ke Metro
TV..amaan..gilaaaaaak !!.
Korupsi mafia minyak, pertamina dan
petral ini harus dihentikan !! Rakyat yg harus hentikan. Ada lagi
skenario mereka utk bobol Negara.
Saya sudah diinfokan oleh pemain2 minyak
singapore, sebentar lagi akan ada proyek X puluhan triliun. Bobol uang
negara juga, Nanti jika data2 sudah ditangan, saya akan bongkar rencana
korupsi puluhan triliun Proyek X yg penuh mark up itu. Anda ingat ketika
ribuan mobil rusak karena pump oil jebol? Itu akibat oplosan minyak
impor dan premium otkan rendah yg keterlaluan.
Intinya, mafia2 minyak ini terus merampok
uang negara dan rugikan rakyat. Apalagi 2014 semakin dekat. Mereka hrs
siapkan 15-20 trliun.
Saya hanya beri pencerahan kepada rakyat
& rakyat harus sadar musuh utama kita adalah : Mafia minyak, mafia
anggaran, mafia tambang dst.
Sekian dulu..saya ada janji ketemu relasi pukul 2 siang ini…terima kasih. Mari kita usir para mafia penghisap darah rakyat !
PT Petral, anak perusahaan Pertamina
diminta untuk tidak berkantor di Singapura. Seharusnya berkantor dan
menggunakan bendera Indonesia. Pasalnya, kalau di Singapura, tidak akan
memberikan keuntungan bagi Indonesia. Kita kehilangan potensi pajak.
Kemudian Indonesia akan kesulitan melakukan pengawasan terhadap kinerja
Petral.
Pendapat tersebut disampaikan mantan Anggota DPR, Ade Daud Nasution kepada Zulkarmedi Siregar. Berikut keterangan lengkapnya :Sebagai mantan Anggota Komisi VII DPR yang membidangi soal energi, bagaimana Anda melihat pengelolaan energi kita khususnya yang dilakukan Pertamina selama ini?
Pengelolaan minyak kita memang sangat berbeda dengan pihak asing. Kalau di luar, terpusat pada satu titik, angkanya mencapai rata-rata 1 juta barel. Kalau kita berserakan pada titik-titik, hanya pada angka 5000 barel. Minyak kita itu tidak bisa dikelola lebih jauh, tidak bisa dibuat turunannya. Minyak yang didelola di Duri, Riau itu misalnya, hanya bisa dipakai langsung dibakar.
Anda bersama beberapa aktivis pernah melaporkan Petral ke KPK soal adanya tudingan korupsi. Apa sebenarnya yang Anda laporkan ke KPK?
Petral beli minyak dari Azerbaijan, seharusnya dilaksanakan pembeliannya secara G to G. Ini malah menggunakan pihak ketiga, yakni melalui perusahan perdagangan minyak Thailand, PTT. PTT oleh Petral disebut bisa menjual lebih murah. Tapi berdasarkan data yang kita peroleh ternyata lebih mahal. Kenapa kita beli dari Azerbaijan? Minyak Azerbaijan itu memang cocok dengan kondisi kita.
Seperti apa datanya?
Data yang kita peroleh, Petral menyebut harga minyak yang dibeli dari PTT Thailand US$ 2,75, tapi Azerbaijan menawarkan hanya US$2,70. Itu artinya ada selisih 5 sen. Itu pun belum negosiasi, karena ini kan perjanjian G to G. Dari harga pengangkutan kapal bisa turun, dari biaya asurasni bisa turun, cara bayar, kalau pakai LC akan lebih mahal daripada menggunakan telegrafic, barang jalan dan setelah sampai baru bayar.
Sejauh mana kebenaran pernyataan Ketua MK, Mahfud MD, yang menuding Pertamina sarang korupsi?
Semua lembaga negara ini semua hampir korupsi, bukan hanya Pertamina. DPR lebih gila lagi. Pertamina lebih banyak lagi proses pengawasannya yang ketat. Prosesnya pengelolaan sudah memiliki manajemen yang baik, pengawasan internal dan eksternalnya ada, jadi lebih sulit untuk melakukan korupsi. Banggar DPR semua main. Wa Ode akan bongkar semua.
Artinya, dengan sistem dan pengelolaan manajemen yang diterapkan Pertamina memang sulit untuk terjadinya korupsi?
Korupsi tetap ada saja. Ini kan persoalan mental. Apakah seseorang yang bekerja di Pertamina, memang niatnya bekerja atau mencari duit secara tidak benar.
Apakah benar Pertamina masih dijadikan bancakan oleh berbagai pihak termasuk partai politik?
Pertamina, melalui Petral membeli minyak satu bulannya US$ 32 miliar . Untuk itu harus ditata. Apakah pantas Pertamina menunjuk Petral yang berdomisili di Singapura. Apakah memang di Indonesia tidak mampu, tidak memiliki sarana komunikasi, sistem perbankan yang kondusif. Pertamina sekarang sudah memiliki balance, neraca perhitungan rugi laba yang transparan, waktu saya menjadi anggota DPR periode 2004-2009 belum ada.
Bisnis perdagangan minyak memang bukan
remeh temeh. Coba saja dihitung, setiap hari, Indonesia mengimpor minyak
mentah 300.000 barel dan bahan bakar minyak (BBM) 500.000 barel atau
totalnya 800.000 barel.
Kalau harga impor minyak mentah dan BBM disamakan saja sebesar 100
dolar AS per barel, maka setiap hari, uang yang ditransaksikan mencapai
80 juta dolar atau Rp720 miliar.Dalam setahun, jumlahnya berlipat menjadi Rp260 triliun. Suatu angka yang menggiurkan siapa pun.
Meganya bisnis perminyakan juga sering kali menimbulkan spekulasi adanya pihak-pihak tertentu yang memanfaatkannya.
Dalam konotasi negatif, mereka sering disebut mafia minyak.
Mereka, di antaranya dituding membuat industri perminyakan di Indonesia menjadi tidak efisien, mengendalikan bisnis minyak PT Pertamina (Persero), yang dijalankan anak usahanya, Pertamina Pertamina Energy Trading Limited (Petral), dan memperoleh “fee” hingga triliunan rupiah.
Namun, hingga kini, tudingan tersebut masih belum ada kebenarannya.
Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto berpendapat, besarnya bisnis minyak, membuat tidak semua pihak punya kemampuan melakukannya.
Dengan demikian, secara alamiah, pasar minyak memungkinkan terjadinya penguasaan beberapa pedagang (trader) saja.
“Hal inilah yang kemudian diasosiasikan sebagai kartel atau dalam konotasi yang cenderung negatif adalah mafia minyak,” katanya.
Petral sendiri juga telah berulang kali membantah proses tender baik minyak mentah maupun BBM diatur mafia.
Pada akhir Februari 2012, Petral menunjukkan proses transparansi tender minyak kepada belasan wartawan asal Indonesia yang diundang secara khusus ke kantornya di Kawasan Orchard, Singapura.
Para wartawan diperlihatkan proses tender minyak mentah sebanyak 4-6 kargo atau sekitar 2,4-3,4 juta barel untuk memenuhi kebutuhan Mei 2012.
Untuk tender itu, Petral mengundang 52 perusahaan yang memang sudah terdaftar sebagai rekanan minyak.
Undangan tender disampaikan melalui surat elektronik beberapa hari sebelumnya.
Dari hasil tender yang dilakukan melalui elektronik itu, sebanyak 13 rekanan memasukkan penawaran dengan total 33 kargo.
Presdir Petral Nawazir mengatakan, sistem tender yang dipakai saat ini berbeda dengan dulu.
Petral kini memakai sistem tender yang menjamin proses berlangsung adil dan transparan.
“Siapa pun yang mampu, boleh ikut tender, sehingga kami bisa memilih penawar dengan harga terbaik,” ujarnya.
Pertamina setidaknya memiliki 53 rekanan impor minyak mentah dan pemasok BBM sekitar 30 perusahaan.
Di antara rekanan terdaftar tersebut adalah BP, Shell, Chevron, ENI, ExxonMobil, StatOil, Total Trading, PTT Thailand, dan Itochu.
“Bagaimana kami bisa atur tender yang diikuti perusahaan kelas dunia itu,” kata Nawazir.
Pada 2011, dengan sistem tersebut, Petral mencatat efisiensi impor BBM senilai 283 juta dolar AS atau Rp2,6 triliun, karena realisasi harga di bawah pasar.
Pasokan minyak mentah Pertamina berasal dari domestik 67 persen, 13 persen diimpor langsung dari Saudi Aramco, dan 20 persen impor melalui Petral.
Selama tahun lalu, Petral merealisasikan volume perdagangan minyak mentah dan produk BBM sebanyak 266,42 juta barel. Terdiri atas minyak mentah 65,74 juta barel atau rata-rata 180.000 barel per hari dan produk jadi 200,68 juta barel atau 550.000 barel per hari.
Pada 2011, Petral membukukan laba bersih 47,5 juta dolar AS atau naik 53 persen dibandingkan 2010.
Selain “trader”, Petral yang didirikan di Hongkong juga berfungsi sebagai “market intelligent” bagi Pertamina.
Laporkan
Pri Agung menyarankan, kalau memang ada pihak tertentu mempunyai bukti keterlibatan mafia minyak yang merugikan negara atau Pertamina, maka sebaiknya melaporkannya ke pihak berwenang seperti KPK dan kepolisian.
Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VIII DPR, Achmad Rilyadi.
Menurut dia, pelaporan ke KPK akan memberikan kejelasan peran mafia minyak sesungguhnya.
“Apakah memang benar ada mafia atau tidak? Dengan demikian, tidak ada dusta di antara kita,” ucap politisi asal PKS tersebut.
Sementara, kolega Pri Agung di ReforMiner, Komaidi Notonegoro mengatakan, terlepas dari ada atau tidaknya mafia minyak, pemerintah perlu membenahi tata kelola industri migas.
Pada sektor hulu, pemerintah mesti meningkatkan kinerja baik produksi maupun cadangannya yang kini terus menurun.
Demikian pula hilirnya, perlu dilakukan upaya menutup defisit yang terus meningkat.
“Pemerintah perlu tegas memacu dan melindungi sektor migas baik di hulu maupun hilir,” ujarnya.
Di samping itu, menurut dia, program pengalihan konsumsi BBM, khususnya transportasi ke gas yang tersedia melimpah di dalam negeri juga akan mengurangi peran mafia minyak.
“Kalau semua sudah pakai gas, maka tidak ada lagi mafia minyak,” kata Komaidi.
Pengembangan gas dan energi alternatif lain seperti panas bumi, angin, surya, air, dan nabati juga merupakan wujud diversifikasi pasokan energi.
Sementara, produk BBM atau minyak mentah yang harganya relatif mahal sebaiknya diekspor, sehingga diperoleh devisa.
“Ini juga dilakukan Iran. Mereka menggunakan gas dan nuklir untuk memenuhi kebutuhan energi domestiknya, sedangkan minyak diekspor untuk membangun bangsanya,” katanya.
Hata rajasa adalah salah satu tokoh mafia minyak yang bergabung di PETRAL.
Upaya lainnya adalah menaikkan harga BBM
sesuai keekonomiannya, sehingga kalaupun ada mafia yang bermain,
tertutup peluang dan geraknya.
Kenaikan harga BBM juga membuat APBN tidak terbebani beban subsidi sekaligus mengurangi penyalahgunaan distribusi.“Untuk itu, sekali lagi diperlukan keseriusan semua pihak, terutama pemerintah untuk mewujudkannya,” katanya.
Pada akhirnya, kalau itu semua dilakukan, diharapkan ketahanan energi dapat tercapai dan dipertahankan secara berkelanjutan.
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah yang telah mempertemukan saya dengan Mbah Rawa Gumpala dan melalui bantun pesugihan putih beliau yang sebar 5M inilah yang saya gunakan untuk membuka usaha selama ini,makanya saya sengaja memposting pesang sinkat ini biar semua orang tau kalau Mbah Rawa Gumpala bisa membantuh kita mengenai masalah ekonomi dengan bantuan pesugihan putihnya yang tampa tumbal karna saya juga tampa sengaja menemukan postingan orang diinternet jadi saya lansun menhubungi beliau dan dengan senang hati beliau mau membantuh saya,,jadi bagi teman teman yang mempunyai keluhan jangan anda ragu untuk menghubungi beliau di no 085-316-106-111 rasa senang ini tidak bisa diunkapkan dengan kata kata makanya saya menulis pesan ini biar semua orang tau,ini sebuah kisa nyata dari saya dan tidak ada rekayasa sedikit pun yang saya tulis ini,sekali lagi terimah kasih banyak ya Mbah dan insya allah suatu hari nanti saya akan berkunjun ke kediaman Mbah untuk silaturahmi.Wassalam dari saya ibu Sartika dan untuk lebih lenkapnya silahkan buka blok Mbah disini 😃Pesugihan Putih Tanpa Tumbal😃
BalasHapus